KACAUNYA PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL 2013

UJIAN

kekacauan pelaksanaan UN 2013

Ironis. Adalah kata yang menggambarkan bagaimana keadaan pendidikan di negara kita ini. Akhir-akhir ini begitu banyak headline surat kabar yang menyinggung ketidakberesan sistem pendidikan di Indonesia. Terutama tentang mundurnya pelaksanaan ujian nasional, bukan hanya satu atau dua provinsi namun di 11 provinsi di Indonesia. Ke sebelas provinsi tersebut adalah Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, NTB, NTT, Bali, Gorontalo dan Sulawesi Barat.

Sebagai seorang siswa yang 2 tahun lalu mengikuti ujian nasional tingkat SMA, saya juga merasakan betapa khawatirnya menunggu detik-detik yang mendebarkan tersebut. Perasaan was-was tersebut mungkin bukan karena khawatir tidak bisa mengerjakan soal ujian. Namun lebih kepada masalah teknis. Takut apabila terjadi kesalahan saat mengisi lembar jawab yang harus bulat penuh dan dikhawatirkan tidak terbaca scanner. Hal tersebut mungkin juga di rasakan siswa lainnya yang saat ini tengah menghadapi ujian nasional. Terlebih pelaksanaan ujian kali ini relatif lebih buruk dari tahun-tahun lainnya. Hal itu terbukti dengan mundurnya pelaksanaan ujian nasional di 11 provinsi di kawasan Indonesia bagian tengah. Hal ini tentu menimbulkan tekanan psikologis yang lebih besar kepada para siswa.

Salah satu pemenang tender proyek pencetakan soal ujian nasional, PT Ghalia Indonesia Printing, tidak dapat memenuhi tenggat sehingga pelaksanaan ujian nasional di wilayah Indonesia tengah diundur. Sampai sekarang pihak PT. Ghalia Indonesia Printing belum ada yang mau buka suara terkait kasus tersebut. Sebenarnya terdapat 6 perusahaan percetakan yang mendapatkan tender dalam pencetakan naskan soal kali ini. Ke enam perusahaan itu semuanya terpusat di Jawa. Hal ini mungkin bukan sepenuhnya kesalahan percetakan, namun masalah sistem serta rules dari kementrian pendidikan dan kebudayaan yang mencetak naskah soal secara sentral, hanya saja wilayah jawa. Seharusnya pihak kementrian pendidikan membuat rules penggandaan soal di masing-masing pulau atau bahkan tiap provinsi apabila dari tahun ke tahun permasalahan distribusi adalah permasalahan utama yang dihadapi dalam pelaksanaan ujian nasional.

Untuk wilayah yang melaksanakan ujian nasional tepat waktu, pada tanggal 15-18 April pun tetap banyak permasalahan yang muncul. Terutama permasalahan distribusi. Di sejumlah wilayah terjadi kesalahan pendistribusian. Naskah soal untuk provinsi A malah di kirim ke provinsi B. Ada pula yang sampul yang segelnya rusak, bahkan ada soal yang bersampul Bahasa Indonesia tapi isinya Bahasa Inggris. Selain itu banyak sekali sekolah yang kekurangan naskah soal, sehingga pihak sekolah berinisiatif untuk menggandakan soal meski hanya menggunakan mesin fotokopi meskipun beresiko dalah kesalahan soal maupun hal lainnya. Menurut laporan yang ada, siswa juga banyak yang mengeluhkan kualitas lembar jawaban. Lembar jawaban yang tersedia kualitasnya sangat rendah, sama persis seperti naskah soal. Sehingga apabila dihapus dua kali atau lebih lembar jawab akan sobek maupun hilang bagian tepinya. Tentu mereka khawatir jawaban tidak akan terbaca scanner.

Leave a comment